Wisata Lombok, Nusa Tenggara Barat tidak melulu berhubungan dengan pura
dan pantai. Ada pawai ogoh-ogoh yang setiap Hari Raya Nyepi selalu
digelar. Berawal sebagai sebuah ritual keagamaan, kini pawai ogoh-ogoh
juga menjadi daya tarik wisata.
Walaupun agama Hindu bukanlah mayoritas di pulau Lombok,namun kebudayaan dan tradisi asli masyarakat Bali telihat sangat kental di pulau ini. Itu mengapa setiap sehari sebelum Nyepi atau peringatan tahun baru Saka
1730 dilaksanakan pawai ogoh-ogoh mengundang perhatian dari seluruh
warga, khususnya kota Mataram yang justru mayoritas penduduknya beragama
Islam.
Makna dari ogoh-ogoh adalah patung yang melambangkan Buta Kala yang
diharapkan dapat menetralisir roh-roh jahat yang menguasai alam manusia
antara kebaikan dan keburukan yang bisa disebut dengan “balance of the
world”. Selain itu makna dari Buta kala adalah sebagai pelambang sifat-sifat negatif yang harus dilebur agar tidak mengganggu kehidupan manusia.
Setelah diarak keliling, mahluk simbolis yang
menyeramkan ini kemudian akan dibakar dan dimusnahkan sebagai simbol
dari tekad dan komitmen umat Hindu untuk memberantas berbagai bentuk
kejahatan. Musuh utama yang sulit ditaklukkan bersumber dari hawa nafsu,
karenanya perang melawan kejahatan hawa nafsu akan melahirkan kemenangan Dharma.
" You can see Bali in Lombok but You can't see Lombok in Bali "Quotes singkat dari guru bahasa inggrisku,Mr. Budi ini memang selalu teriangiang ditelingaku karena memang pada dasarnya kita memang dapat melihat kebudaya Bali di pulau Lombok akan tetapi kita tidak bisa melihat kebudayaan sasak (lombok) di pulau Bali. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar